SESAL
oleh : Yessica E. Daryanto
Hari ini.. Kembali ku pandangi jendela itu. Jendela bertirai tipis. yang dulu sering siluetkan wajahnya yang tersenyum sembari melongok ke sini. Menatapku dengan dua lesungnya yang begitu mempesona dan matanya yang seolah kristal yang menari-nari dengan indah. Yang meskipun aku tak dapat menatapnya langsung.
Yah, itu dulu. Saat dirinya masih menjadi harapanku. Harap dan angan yang kuharap kelak akan menjadi belahan jiwaku serta rusuk yang lengkapi milikku yang hilang..
Namun semua hanya bias angan. Dan itu adalah mimpiku yang takkan menjadi nyata. Tak ada lagi ia, yang longokkan wajahnya menatapku dengan wajah jenaka. Yang terus tersenyum meski ku tau lelah menerpanya karna menantiku pulang sekolah.
Huh, aku memang lelaki bodoh. Aku tidak pernah peduli padanya.
Dulu bagiku, ia sangat merepotkan, Membosankan. Karna setiap waktu ia menanyakan kabarku. Setiap hari ia bawakan bekal untukku. Setiap hari ia longokkan wajah imutnya itu menanti aku pulang sekolah. Aku dulu, ya dulu. Sangat bosan akan semua perlakuan ia itu padaku! Sering teman-temanku menertawakanku. Jika ia menghampiri. pasti temanku menahan tawa lalu bergumam bahwa baby sitter atau bodyguardku datang. Dan aku sangat jengah dengan itu!
Aku lelah dan bosan akan dering telepon dan getar sms yang masuk darinya. Mulai dari menanyakan aku sudah makan apa belum? Aku sudah shalatkah? hati-hati di jalan. Dan segenap perhatian lainnya. Yang membuatku merasa seperti bocah laki-laki yang sedang diatur-atur emaknya.
Namun kini. Aku sadar. Aku benar-benar lelaki bodoh! Kini aku rindukan dia.. Sungguh sangat rindukan dia.. Rindukan dering telponnya.. Rindu ceracaunya yang manja, rindu perhatian-perhatiannya, senyumnya, mata kristalnya.. Bahkan aku rindu dirinya yang sedang ngambek dan marah-marah saat aku mengingkari janjiku. Huffftt..
Memang benar, penyesalan selalu datang belakangan!
Ah, sudah berapa lama aku melamun. Menatap jendela kosong itu. Jendela bertirai tipis. Yang tidak lagi dihiasi wajahnya. Wajah kekasih yang telah begitu banyak kusakiti.
Aku membereskan buku-bukuku. Meninggalkan kenangan itu. Kenangan yang tak mungkin kembali. Karna dia bukan lagi milikku. Dia telah menjadi milik yang benar. Ah.. Tapi kenapa mesti seperti ini akhir cerita kami? Mengapa aku baru benar-benar menyadari kehadiran dan rasa cintaku untuknya. Saat dia sudah benar-benar pergi meninggalkan aku.
Tanpa terasa langkah kaki ini. Ingin sekali menemuinya. Walaupun kurasa itu akan sia-sia. Namun angin membawaku ke sini..
Ke bawah guguran bunga kamboja. Di atas patok nisan inilah aku berdiri kini. Nisan bernama Jingga binti Indra.
Kekasih yang dulu aku hiraukan. Yang begitu mencintaiku. Namun aku luluhlantahkan hatinya.
Yang menanti diriku pulang. Namun dengan sengaja aku tinggalkan. Hingga ia menungguku, terus menunggu dengan senyum yang terus menghiasi wajahnya. Dengan mata kristal yang terus menari-nari. Ia terus menungguku. Ditemani derasnya hujan. Ia terus menunggu. Hingga asma akut yang dideritanya menjadi parah. Dengan tubuh yang sangat kecil dan kurus itu. aku temukan ia tergeletak. menggenggam sekotak bekal yang ia buatkan untukku. Ya untukku! Si bodoh ini!
Tak ada lagi yang kuingat saat itu. Hanya isak tangis orangtuanya yang mencari bersamaku. Setelah itu aku limbung. Dengan sesal tiada henti.. Hingga kini...
Hingga kini ia benar-benar tinggalkanku dan kembali kepadaNya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar