Welcome to My Imagine, "LOVE is Wonderful STORY"

Jumat, 10 Mei 2013

Hujan


Hujan
oleh Yessica E. Daryanto
            Aku menyukai hujan, hujan yang jatuh berirama membentuk melodi yang indah saat gemerciknya menyentuh aspal. Aku menyukai hujan yang membasahi bumi dan menggemburkan tanah yang membiaskan harum yang sangat kusukai. Harum tanah basah yang selalu membangkitkan gairah dan menyegarkan kepalaku. Tapi, itu dulu saat hujan belum menghentak aku terjatuh dari mimpi indah. Itu dulu  saat petir yang beriringan dengan hujan belum meluluhlantahkan harapan dan angan kebahagiaanku.
            Kini aku begitu membenci hujan, saat hujan datang tak lagi aku mampu menikmati alunan musik yang diciptakannya, tak mampu lagi kurasakan harmoni indahnya hujan, tak ada lagi harum tanah yang basah yang mampu aku hirup dengan gairah membahagiakan. Semua lenyap, berganti rasa ketakutan saat turun hujan. Dan aku yang selalu bersembunyi di balik selimut, bawah meja atau apapun yang membuatku merasa aman dari deru suara hujan. Aku selalu menggigil ketakutan, keringat yang deras mengucur mengalahkan gigit dingin hujan yang merasuk ke dalam pori-poriku.
            Dua tahun sudah aku terkukung dalam rasa takut. Takut akan hujan, hujan yang dulu sangat ku nanti. Hanya Mbak Inah yang selalu menemani dan menenangkan aku saat rasa takut itu kembali muncul. Beliau sudah seperti ibu kandungku. Beliaulah yang tetap menjagaku hingga kini. Di rumah yang sangat besar dan seharusnya ramai seperti dulu namun kini terasa angker dan sepi senyap.
            Semua berawal saat hari naas itu, ketika aku, Mama, dan Papa menikmati malam yang diguyur hujan. Namun, ketika petir menyambar keras seluruh lampu di rumah padam, menjadi gelap gulita. Aku meringkuk ke dalam pelukan Mama. Namun apa yang terjadi sungguh tak terduga. Lima orang perampok sudah berdiri di belakang kami, menodongkan senjata mereka. Aku menangis, dan Mama terus memelukku erat. Para Jahanam itu menarik kami dengan paksa. Dan tragis Papa yang berusaha melawan tertembak di depan mataku, meski gelap, aku rasakan dengan jelas darah papa mengenaiku. Aku menjerit, terhenyak takut di dalam pelukan Mama yang terus sesugukan menangis. Kini giliran Mama yang ditarik lepas dari pelukanku. Di antara suara deru hujan aku masih mendengar jerit terakhir Mama dan suara letusan pistol bersamaan dengan petir menggelegar. Dan aku tak sadarkan diri.
            Sekarang aku yatim piatu, semenjak kejadian itu aku hanya tinggal bersama Mbak Inah. Malam itu Mbak Inah menelpon polisi dan berhasil menyelamatkan aku yang pingsan. Aku terhenyak mengingat malam kelam berhujan itu. Dua tahun telah berlalu namun traumatik yang mendalam tetap menyisa padaku. Dan rasa takutku saat turun hujan.
            Sore ini turun hujan, aku panik. Namun Mbak Inah memelukku dan membimbingku keluar rumah. Aku merasakan angin menyapu wajahku. Hujan yang mereda menenangkan hatiku. Dan mbak Inah menunjukkan sesuatu. Sesuatu yang indah yang muncul setelah hujan dan rasa takutku. Lengkungan indah, dan penuh warna. Pelangi… Ya, aku tersenyum dan menyadari meski hujan deras dan gelegar marah petir sekali pun akan muncul pelangi. Pelangi yang menghapus kesedihanku, Dan yang membuatku kembali menanti dan mencintai hujan. Agar pelangi kan hadir… Lagi… dan lagi….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar